Clash of Champion dan Medsos dalam Pendidikan

Oleh: Ichi Ahada, M.M, M.Pd

Jul 30, 2024 - 11:06
Clash of Champion dan Medsos dalam Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, Clash of champion merupakan tradisi sekolah yang digunakan untuk meningkatkan motivasi berprestasi dan kekompakan kelas. Para siswa dari setiap kelas berlomba-lomba untuk menampilkan karya terbaiknya. Clash of Champions menyediakan kesempatan bagi guru dan siswa untuk berkolaborasi mengeksplorasi berbagai masalah sosial, budaya, dan pendidikan. Seiring dengan lajunya teknologi informasi, tradisi tersebut makin tergerus  oleh kedahsyatan penggunaan medial sosial (medsos). Akankah tradisi Clash of champion punah dan tergantikan oleh medsos ataukah Clash of champion semakin manarik dan mengisnpirasi  dengan memanfaatkan medsos.

 

Saat ini, pengaruh medsos sangat kuat mendominasi kehidupan berbagai tingkat usia. Dengan memainkan gadget, mereka dapat memilih menu konten yang diinginkan. Setiap orang dengan mudah mendapatkan inspirasi sekaligus motivasi untuk tampil di medsos. Konten yang menginspirasi dapat   tulisan, percakapan, video, foto,gambar, dan perilaku lainnya. Sumbernya pun beragam, mulai dari ilmuwan, tokoh agama, praktisi, selebgram, sampai tiktokers.

 

Dalam dunia pendidikan, para siswa tidak perlu menunggu jadwal Clash of champion yang dilaksanakan setahun sekali untuk menikmati keseruannya. Mereka dapat menemukan di medsos dalam hitungan detik. Para siswa juga dapat mengunggah karyanya di medsos untuk menunjukkan karya dan profil dirinya. Dengan mudah pula karyanya dapat dinikmati dan disupport oleh pegiat medsos lainnya. Bahkan pencapaian luar biasa dari orang-orang yang dianggap berhasil, pintar, mendapat penghargaan, dan beasiswa dapat menjadi inspirasi pagi peserta didik.  Inspirasi ini mampu membuat  para peserta didik terpacu untuk berbuat lebih baik.

 

Konten yang memuat kebahagiaan, keberhasilan, dan pencapaian sering menjadi motivasi bagi peserta didik untuk turut mengikuti jejak pengunggah konten tersebut. Hal ini tentu memberikan dampak positif bagi pengguna medsos. Konten seperti ini dapat memotivasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dalam hal ini medsos dapat dijadikan sebagai motivas idan sumber belajar  bagi peserta didik.

 

Di era digital ini, medsos telah mengubah lanskap pendidikan secara signifikan. Platform-platform seperti Facebook, Instagram, dan Twitter bukan lagi sekadar tempat untuk berbagi foto atau berinteraksi sosial, tetapi telah menjadi alat penting dalam mendukung proses pembelajaran. Tidak jarang saya menemukan siswa SD, SMP, SMA beralih mengidolakan para peserta clash of champion daripada artis-artis. Fenomena ini tentu menjadi sarana bagus, baik bagi peserta didik,  pendidik, orang tua, bahkan masyarakat untuk mengoptimalkan medsos secara bijak.

 

Pengaruh penggunaan media sosial untuk menampilkan platform Clash of Champions menjadi sangat menarik dan efektif bagi peserta didik. Platform ini bukan hanya menampilkan pertunjukan atau pertandingan olahraga, tetapi juga menampilkan fitur untuk berinteraksi antara fans, siswa, dan pendidik.  Dengan fitur ini, mempermudah  peserta didik untuk terlibat dalam obrolan, analisis, dan refleksi masalah kehidupan, termasuk kreativitas. Penggunaan media sosial yang bijak seperti ini dapat mendorong dan mengilhami  jutaan orang untuk menjadi lebih kreatif dan ptoduktif.

 

Melalui platform di medsos, Clash of Champions dapat mengintegrasikan elemen kompetitif dan kolaboratif ke dalam pendidikan formal. Seperti perlombaan menulis esai, debat online, atau proyek antar sekolah.  Cara ini dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan jejaring kolaborasi dan kompetisi antar kelas bahkan antar sekolah. Dengan platform ini, banyak siswa yang termotivasi dan menggunggah karya dan prestasi Clash of Champions mereka di media sosial.

 

Sebagai salah satu pegiat medsos di bidang pendidikan, Ruang guru juga menyediakan  platform untuk pembelajaran. Banyak fitur dan aktifitas yang ditawarkan di dalamnya, seperti live class, tryout, video belajar interaktif, konseling dan lain lain. Diskusi online yang ada di dalam platform ini telah membantu memperluas wawasan siswa dan  mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan yang menantang status quo. Pada platform ini, siswa dapat mengajukan pertanyaan secara langsung kepada ahli dan tokoh publik yang disediakan dalam platform.  Cara ini akan sangat sulit dicapai apabila menggunakan cara konvensional.

 

Tentu saja setiap teknologi memiliki dampak negatif. Selain dapat memotivasi dan menginspirasi, konten di media sosial juga dapat memicu adanya perasaan insecure pada peserta didik.  Oleh karena itu,  perlu adanya sikap dan tindakan untuk mengantisipasi hal ini. Meski demikian, para pendidik tidak perlu risau. Para guru cukup menanamkan basis penggunaan internet sehat, menggunakan koneksi dengan bijak, serta mengenalkan dampak-dampak buruk penggunaan teknologi.  Untuk itu, penguatan nilai-nilai keagamaan dan etika juga harus diberikan sebagai benteng utama untuk melindungi peserta didik dari dampak buruk teknologi digital.

 

Peran orang tua dan keluarga di luar lingkungan sekolah juga diperlukan untuk mengawasi anaknya dalam menggunakan internet. Untuk mengantisipasi dampak buruk medsos, sebaiknya  para  orang tua memiliki akses dengan gadget dan akun jejaring sosial milik anaknya. Dengan cara ini orang tua dapat mengontrol aktivitas anak di dunia maya. Para orang tua juga dapat segera bertindak apabila  menemukan hal-hal negatif guna mencegah dampak buruk medsos.

 

Secara keseluruhan, penggunaan media sosial dalam pendidikan dapat membawa manfaat besar jika dikelola dengan bijak dan tanggap terhadap tantangan yang muncul. Ini tantangan cara memfaatkan  teknologi untuk memperkaya pengalaman belajar siswa, memfasilitasi kolaborasi, dan memperluas pembelajaran di luar batas kelas tradisional.

 

Dalam konteks yang tepat dan dengan dukungan yang sesuai, media sosial memiliki potensi besar untuk mengubah cara belajar dan mengajar, menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih dinamis, inklusif, dan relevan dengan tuntutan zaman digital saat ini. (****)

 

 

Penulis adalah Dosen Bahasa Inggris FKIP Universitas Mulawarman, Anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Disunting oleh Dr. Umi Salamah, M.Pd, Dosen PPG UIBU dan Pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial dan Humaniora Indonesia (PISHI). (****)