Dolar AS Dihajar Ramai-ramai Oleh Rusia, China – RI Seusai Trump Dilantik
Dilansir dari Refinitiv, sejak 17 Januari 2025 (sebelum Trump dilantik) hingga 22 Januari 2025, mata uang di dunia cenderung mengalami penguatan bersamaan dengan DXY yang menurun.

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Indeks dolar AS (DXY) melemah usai Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Hal itu memberikan dampak yang positif bagi nilai tukar mata uang dunia.
Seperti diketahui, Trump resmi dilantik jadi Presiden ke-47 Amerika Serikat, Senin (20/1/2025) waktu setempat. Dua hari pasca dilantik, DXY tampak mengalami penurunan dari 109,34 menjadi 108,16.
Melemahnya dolar AS dan sebaliknya menguatnya mata uang global terjadi salah satunya karena Trump sedikit melunak mengenai pengenaan tarif dagang.
Tidak seperti pernyataan kerasnya sebelum inagurasi, Trump justru tidak langsung mengenakan kenaikan tarif perdagangan di hari pertamanya.
Sebelumnya, Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif 10 hingga 20% pada semua barang impor dan hingga 60% pada barang impor dari China. Ia juga mengancam untuk mengenakan tarif 25% pada barang impor dari Kanada dan Meksiko jika mereka gagal untuk menanggulangi aliran narkoba ilegal dan migran yang masuk ke AS secara ilegal.
Ancaman-ancaman tersebut tidak terwujud pada hari Senin, hari pertama masa jabatannya, tetapi itu tidak berarti ancaman tersebut telah hilang,
Rupiah Hingga Rubel Mampu Tekuk Dolar AS
Dilansir dari Refinitiv, sejak 17 Januari 2025 (sebelum Trump dilantik) hingga 22 Januari 2025, mata uang di dunia cenderung mengalami penguatan bersamaan dengan DXY yang menurun.
Terpantau DXY dalam periode tersebut terdepresiasi 1,08%.
Sedangkan mata uang lainnya tampak menguat dengan cukup signifikan bahkan lebih dari 1,08%, seperti rubel Rusia, ringgit Malaysia, dan won Korea Selatan yang masing-masing melesat 3,2%, 1,6%, dan 1,4%.
Begitu pula dengan rupiah Indonesia yang juga tampak menguat sebesar 0,5%.
Kendati demikian, masih terdapat beberapa mata uang lainnya yang tercatat melemah seperti peso Filipina dan yen Jepang yang masing-masing terkoreksi sebesar 0,2% dan 0,1%.
Dikutip dari Reuters, setelah pelantikan Presiden Donald Trump pada 20 Januari 2025, nilai tukar rubel Rusia terhadap dolar AS tetap stabil. Pada 21 Januari 2025, rubel diperdagangkan pada 100,75 per dolar AS di Bursa Saham Moskow (MOEX).
Sejak awal 2025, rubel telah menguat sekitar 10%, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik di antara pasar negara berkembang tahun ini. Penguatan ini didorong oleh peningkatan penjualan valuta asing oleh pemerintah Rusia dan kenaikan harga minyak, meskipun ada sanksi energi dari Amerika Serikat yang diberlakukan pada 10 Januari 2025.
Selain itu, janji Presiden Trump untuk segera mengakhiri konflik antara Ukraina dan Rusia telah menimbulkan harapan bahwa beberapa sanksi Barat terhadap Moskow dapat dicabut sebagian jika dialog langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terlaksana. Hal ini berpotensi mendorong penguatan rubel lebih lanjut melalui peningkatan ekspor Rusia dan kembalinya investasi asing jika Rusia secara bertahap terintegrasi kembali ke dalam sistem global.(han)