Nama Anak Simbol Kekuasaan Orang Tua
Oleh: Dr. Eva Eri Dia, S.Pd., M.Pd.

Nama yang baik adalah nama yang memancarkan nilai-nilai kehidupan. Nama dapat merupakan paduan harmonis makna yang dalam dan nilai sastra yang tinggi. Lutterer (1967:581-587) menyebutkan bahwa "faktor rasa sosial" menekankan fakta bahwa nama seseorang adalah produk lingkungan, sosial, keluarga, sekolah, teman-teman, keluarga, dan lain-lain. Orang tua yang melahirkan bayi pasti betul-betul memikirkan nama yang akan diberikan untuk anaknya. Pembuatan nama pun terkadang membutuhkan waktu yang lama, penuh pertimbangan, dan menyita pikiran orang tua yang melahirkan. Nama juga dapat dimaksudkan untuk membuat si pemilik nama mempunyai nilai seni atau kreativitas. Nama merupakan harapan orang tua terhadap anak mereka. Sebuah nama memproyeksikan kepribadian dan masa depan anak.
Beberapa orang percaya bahwa pemberian nama dapat menentukan nasib seseorang. Nama seseorang juga memiliki makna yang merupakan sebuah harapan atau keinginan. Nama juga bisa terbentuk karena percampuran nama orang tua atau nama kakek dan nenek atau nama dari nama belakang bapaknya. Nama juga bisa bermakna sesuatu yang dikarang-karang sendiri oleh orang yang memberikan nama, baik orang tua, nenek, kakek, paman, bibi, atau anggota keluarga yang lain karena ingin sesuatu yang belum tercapai atau karena alasan lain.Dalam masyarakat Jawa, misalnya, bisa dibedakan nama-nama yang populer di kalangan kaum santri, keraton, petani, serta buruh yang lebih akrab dengan tradisi kuno, termasuk dunia pewayangan. Misalnya Sugiharto, dengan harapan kalau besar nanti anaknya akan jadi orang kaya.
Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa. Dalam konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada benda-benda atau objek-objek yang berada di alam semesta. Makna kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkaitan dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi di luar bahasa.
Nama merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi untuk membedakan orang satu dengan orang lainnya. Santoso (2012:161) menegaskan bahwa kajian terhadap nama menujukkan adanya dimensi kuasa dan solidaritas dari pilihan terhadap nama.
Nama dapat melambangkan status, cita rasa budaya, untuk memperoleh citra tertentu (pengelolaan kesan) atau sebagai nama hoki. Nama pribadi adalah unsur penting identitas seseorang dalam masyarakat, karena interaksi dimulai dengan nama dan baru kemudian diikuti dengan atribut-atribut lainnya. Nama orang yang berjenis perempuan dan laki-laki di Jawa mempunyai perbedaan yang mencolok. Nama orang Jawa terkadang sudah menunjukkan identitas atau jenis kelamin.
Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Identitas gender merupakan perasaan subjektif tentang keberadaan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan dan merupakan bagian penting dari seseorang. Jenis ideologi gender banyak yang mengatur indentitas perempuan dan laki-laki, kedudukan atau posisi perempuan dan laki-laki, serta tingkah laku perempuan dan laki-laki. Ideologi gender yang diasosiasikan dalam masyarakat mendorong agar laki-laki menjadi maskulin dan perempuan menjadi feminin.
Bentukan kepribadian dan sifat-sifat yang dianggap wajar di masyarakat membuktikan bahwa ideologi gender dilonstruksi secara sosiokultural. Ideologi gender diiternalisasikan dan diperkuat oleh sistem sosial budaya, politik, ekonomi, negara, dan agama. Berikut disajikan berbagai jenis ideologi penamaan berdasarkan, (1) sudut pandang keagamaan, (2) waktu lahir, (3) nama anggota keluarga, (4) nama tokoh, (5) peristiwa yang telah atau yang sedang terjadi, (6) penggabungan nama orang tua, dan (7) jenis kelamin.
Penamaan Berdasarkan Sudut Pandang Keagamaan
Nama merupakan bagian dari konsep-diri, bahkan nama menunjukkan kesadaran seseorang. Pada nama kita bisa melihat status agama seseorang, misalnya Muhammad Nur Cholis. Konstruksi nama-nama tersebut tentu tidak lahir begitu saja. Penamaan tersebut mendapat pengaruh dari orang tua yang berkaitan dengan status kepercayaannya (agama). Nama Muhammad diambil dari salah satu nabi dalam Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW. Penamaan Muhammad atau Annisa mencerminkan adanya ideologi gender, bahwa Muhammad itu selalu nama yang diberikan untuk laki-laki dan Annisa diberikan untuk nama anak perempuan. Kekuasaan orang tua ditunjukkan dengan adanya harapan-harapan dalam nama tersebut. Harapan orang tua terhadap nama anak tidak jauh dari harapan-harapan yang memberikan dampak yang membawa kebaikan atau keberuntungan.
Kata Yohana dari nama lengkap Yohana Puspita Citra Utami, diambil dari kisah keagamaan umat Kristiani. Nama Yohana diambil dari kitab injil yang diadopsi dari bahasa Inggris Joanna yang berarti kemurahan/anugrah dari Yesus. Perjuangan dari kisah Joanna memberikan inspirasi kepada orang tua untuk memberikan nama Yohana sebagai putri yang diberkati Tuhan.
Penamaan Berdasarkan Waktu Lahir
Nama yang berkategori waktu lahir bermaksud nama yang dihubungkan dengan waktu lahirnya yang dapat berupa hari lahir, bulan lahir, kondisi hari, kondisi bulan, dan hari besar agama. Hari lahir seseorang ternyata dapat memengaruhi seseorang dalam menentukan nama anggota keluarganya. Selain itu, alasan seseorang menamai anaknya sesuai hari lahir karena saat menyusun nama untuk anaknya, orang tua terpikirkan bahwa kelak nama anaknya akan disamakan dengan waktu lahirnya.
Deasy Putri Apriliani, kata April diambil dari nama bulan kelahiran, yaitu pada bulan April. Demikian juga dengan nama Ike Yuli Astutik, kata Yuli diambil dari nama bulan, yaitu Juli. Pandangan orang tua memberi nama di bulan kelahirannya untuk memudahkan mereka menghafal bulan kelahirannya serta memberi penekanan bahwa penunjukkan bulan pada sebuah nama itu untuk memberikan identitas.
Penamaan Berdasarkan Nama Anggota Keluarga
Penamaan dengan menirukan anggota keluarga yakni nama yang menirukan nama saudara, baik saudara kandung, saudara sepupu, paman, bibi, menirukan nama bapak dan ibu atau bapak saja atau ibu saja, dan menirukan nama kakek atau nenek. Kategori ini cenderung digemari oleh para orang tua untuk memberikan nama pada anaknya karena beberapa alasan. Salah satu alasanya adalah nama orang tua akan selalu terkenang apabila juga digunakan oleh anaknya. Nama bapak dan ibu terkadang juga digabung atau biasanya berupa akronim nama orang tuanya. Nama Ratna Putri Candra Dewi merupakan pemberian dari sosok ayah. Ratna diambil dari nama ayah, yaitu Suratno. Anak-anak yang lain juga menggunakan nama Ratna sebagai simbol bahwa anak-ananya merupakan anak dari bapak Suratno.
Penamaan Berdasarkan Nama Tokoh
Penamaan yang menirukan nama orang lain terdiri atas (a) tokoh agama, (b) dokter kandungan atau bidan, (c) olahragawan, (d) nama pahlawan, (e) tokoh pendidikan, (f) tokoh sejarah, dan (g) tokoh cerita. Menurut orang tua, pekerjaan sebagai seorang yang ahli atau berkecimpung di kesehatan merupakan pekerjaan yang mulia. Terkadang nama dapat juga diambil dari beberapa nama yang ada di majalah, misalnya Fera Dian Pratiwi, nama tersebut diambil dari beberapa nama di sebuah majalah yang kemudia dijadikan satu. Nama Fera diambil dari salah satu nama seseorang (model) yang memiliki paras cantik, yang fotonya terpampang di bagian belakang majalah. Penggalan nama berikutnya yaitu Dian, diambil dari nama salah seorang yang fotonya terpampang di bagian majalah. Orang tua menganggap Dian itu memiliki makna sebagai pelita, jadi orang tua berharap agar kelak hidup anaknya selalu diterangi jalannya oleh Allah.
Penamaan Berdasarkan Peristiwa yang Telah atau Sedang Terjadi
Penamaan yang menirukan peristiwa saat lahir maksudnya peristiwa yang dialami oleh orang tua dalam berumah tangga, saat akan melahirkan atau beberapa waktu sebelum melahirkan, atau bahkan peristiwa setelah melahirkan. Kata Dwi dalam nama Dwi Dani Ilmiati menggambarkan bahwa anak tersebut merupakan anak kedua dari beberapa saudara. Demikian juga pada nama Fitria Dwi Lestari, kata Dwi berasal dari bahasa Jawa yang artinya dua. Nama Dwi merupakan pemberian dari Ibu karena anak tersebut merupakan anak dengan nomor urut dua.
Penamaan Berdasarkan Penggabungan Nama Orang Tua
Keegoisan orang tua nampak terlihat pada nama Sandra Eka Sari. Sandra merupakan penyatuan dari penggalam nama ayah dan ibu, yaitu ayah yang bernama Santoso Pribadi, dan ibu bernama Endra Sulistyowati. Nama Sandra gabungan dari Santoso dan Endra sehingga menjadi Sandra. Dalam nama tersebut terdapat pandangan kedua orang tua yaitu bentuk penyatuan nama tersebut untuk menyatukan jiwa kedua orang tua dalam diri anaknya.
Nama Joko Adi Triswanto, menurut orang tuanya nama itu diambil dari pernyataan orang tua yang sangat ingin mempunyai anak laki-laki. Ketika terkabul memiliki anak laki-laki, maka nama Joko digunakan untuk menandai bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki (dalam bahasa Jawa). Siti Nur Ifatul Chasanah, Siti, menunjukan bahwa anak tersebut berjenis kelamin perempuan. Dalam bahasa Jawa nama Siti memang diperuntukkan untuk anak perempuan. Kekuasaan yang ditunjukkan dalam penamaan itu bisa berwujud adanya unsur keagamaan, nama hari atau bulan, peristiwa yang mengiringi kelahiran si anak, meniru tokoh atau sosok yang dianggap penting atau mempunyai karakter yang menarik dan cantik/ganteng, dan ada juga yang ideologi kekuasaan itu berdasarkan keegoan orang tua, yaitu dengan menggunakan penggabungan nama ayah dan ibu. (****)
Dr. Eva Eri Dia, S.Pd., M.Pd.adalah dosen pada Universitas PGRI Jombang, anggota PISHI
Naskah disunting oleh Dr.Drs. Aries Purwanto, M.Pd. Dosen Unmer Madiun, Editor PISHI